Setiap orang membayangkan bahwa menggeluti
bisnis properti harus menyiapkan dana berlimpah, paling tidak ratusan juta
rupiah bila ingin membuat perumahan tipe sederhana. Tapi nyatanya ada juga
orang yang bisa menjalankan bisnis ini dengan eksis tanpa banyak modal, atau
bahkan tanpa modal.
“Modal
saya itu bisa dibilang nol. Ya, paling modal untuk beli bensin untuk
wara-wiri,” kata Bekti Nugroho (34) yang menjalankan bisnis properti pengembangan
rumah model kluster seperti dikutip dari myoyeah, Jumat (10/10/2014)
Komplek
perumahan yang dibangun Bekti biasanya berkisar antara 3-5 rumah. Meski begitu,
dia tak hanya membatasi hanya bangunan rumah tinggal. Dia beberapa kali juga
membangun kos-kosan.
Lantas bagaimana Bekti bisa menjalani bisnis properti yang membutuhkan dana besar seperti untuk pembelian tanah hingga dana pembangunan? Bekti berperan sebagai penghubung untuk mengajak kolaborasi satu pihak dengan pihak lainnya. Ia menyiapkan manajemen untuk pihak-pihak yang terkait dengan bisnis ini.
Lantas bagaimana Bekti bisa menjalani bisnis properti yang membutuhkan dana besar seperti untuk pembelian tanah hingga dana pembangunan? Bekti berperan sebagai penghubung untuk mengajak kolaborasi satu pihak dengan pihak lainnya. Ia menyiapkan manajemen untuk pihak-pihak yang terkait dengan bisnis ini.
Misalnya
saja ada seorang pemilik tanah yang lokasinya cukup strategis. Dia mendatangi
pemilik tanah tersebut dan berniat membeli dengan tempo waktu tertentu.
Misalnya ada tanah seharga Rp 100 juta, maka bekti akan membayar tanah tersebut
dalam jangka tertentu setelah rumah terjual. Biasanya ada kesepakatan di awal
dengan pemilik tanah sebelum proyek berjalan.
Untuk dana pembangunan pun Bekti mencari mitra yang mau mendanai proyek tersebut. Misalnya dia memerlukan dana pembangunan rumah sebesar Rp 100 juta, maka dia akan mencari investor yang mau mengucurkan dana untuk proyek tersebut.
Untuk dana pembangunan pun Bekti mencari mitra yang mau mendanai proyek tersebut. Misalnya dia memerlukan dana pembangunan rumah sebesar Rp 100 juta, maka dia akan mencari investor yang mau mengucurkan dana untuk proyek tersebut.
Setelah
proyek selesai dan rumah terjual, maka investor tersebut akan menerima uang
plus bonus penjualan. Misalnya saja dari Rp 100 juta yang dipinjamkan, investor
tersebut akan menerima uang Rp 110 juta sesuai kesepakatan di awal.
Tapi
bekti memberikan tawaran menarik bagi investor. Misalnya saja rumah yang dijual
belum laku pada masa yang ditentukan dan rumah tersebut laku beberapa bulan
kemudian dengan harga yang otomatis terdongkrak naik, dia akan memberikan
keuntungan lebih kepada investor tersebut.
Misalnya
saja seharusnya investor mendapatkan Rp 110 juta, ketika rumah laku dengan
harga lebih tinggi, maka dia akan mendapatkan Rp 115 juta.
Bekti
memulai usaha ini sekitar tiga tahun lalu dengan fokus area pembangunan di
daerah Jogja, khususnya daerah Jogja utara.
Namun
tahun ini proyeknya sudah berkembang sampai ke Magelang. Dalam setahun omzetnya
mencapai Rp 9 miliar. Tapi Bekti tak mau buka-bukaan tentang keuntungan
bersihnya.
“Yang penting bisa buat hidup sehari-hari dan bayar karyawan. Usaha ini karyawannya tetapnya masih 5 orang. Tapi kalau untuk tukang lepasan sekitar 40 orang jumlahnya. Ya, yang penting mereka bisa menerima gaji rutin dan tidak telat. Itu yang penting,” kata Bekti berdiplomasi.
Menurut lelaki lulusan Universitas Islam Indonesia ini, yang membedakan dirinya dengan bisnis lain adalah penerapan sistem open management. Setiap perkembangan bisnis yang dia lakukan, termasuk hitungan untung rugi, investor bisa mengecek setiap saat dan dilaporkan dengan transparan.
“Yang penting bisa buat hidup sehari-hari dan bayar karyawan. Usaha ini karyawannya tetapnya masih 5 orang. Tapi kalau untuk tukang lepasan sekitar 40 orang jumlahnya. Ya, yang penting mereka bisa menerima gaji rutin dan tidak telat. Itu yang penting,” kata Bekti berdiplomasi.
Menurut lelaki lulusan Universitas Islam Indonesia ini, yang membedakan dirinya dengan bisnis lain adalah penerapan sistem open management. Setiap perkembangan bisnis yang dia lakukan, termasuk hitungan untung rugi, investor bisa mengecek setiap saat dan dilaporkan dengan transparan.
“Prinsip
saya adalah win win solution,” katanya. Target ayah satu anak ini adalah
mengembangkan usaha ini semakin luas. Kota-kota sekitar Jogja menjadi
targetnya. Magelang dan Solo adalah dua kota yang sudah dirambah Bekti.
Meningkatkan omzet adalah target saat ini agar dia bisa berhenti menjalankan
peran ini pada usia 40 tahun.
Ia berharap, saat usianya menginjak kepala 4 nanti, dia akan memainkan peran baru sebagai investor untuk bisnis-bisnis baru yang akan bertumbuh.
Ia berharap, saat usianya menginjak kepala 4 nanti, dia akan memainkan peran baru sebagai investor untuk bisnis-bisnis baru yang akan bertumbuh.
Sebuah
cara unik yang sudah ditempuh pria jangkung yang menjalankan bisnis properti
tanpa modal di bawah bendera Nugraha Land ini. Anda tertarik untuk mencoba
bisnis properti tanpa modal seperti ini?
Sumber
:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar